Keputusan politik yang diambil pada Jumat dini
hari itu akhirnya memberikan diskresi kepada pemerintah untuk menyesuaikan
harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi apabila harga rata-rata minyak mentah
Indonesia (Indonesia crude oil price/ICP) mengalami perubahan lebih dari 15
persen dalam kurun waktu enam bulan. Dengan posisi harga ICP yang telah
melampaui 120 dollar AS per barrel, pemerintah mungkin akan menaikkan harga BBM
menjadi Rp 6.000 per liter pada Oktober 2012 jika harga ICP tetap bertahan
tinggi.
Di satu sisi, masyarakat mungkin dapat terhibur
dengan keputusan politik tersebut walaupun harga kebutuhan pokok sudah
berangsur naik. Namun, di sisi lain keputusan yang sebenarnya meningkatkan
ekspektasi inflasi (expected inflation) justru dapat memicu inflasi yang
sebenarnya. Banyak analis memperkirakan laju inflasi bulan Maret akan berada di
atas 0,1 persen walaupun musim panen padi telah dimulai. Laju inflasi tahunan
2012 ini akan berada di atas 5 persen, apalagi jika harga BBM kelak jadi
dinaikkan.
Telah banyak bukti teoretis dan empiris bahwa
ekspektasi yang lebih tinggi akan memengaruhi tingkah laku ekonomi yang
menimbulkan tambahan-tambahan biaya baru. Dengan perkiraan inflasi naik, yang
juga berarti menurunnya daya beli, masyarakat cenderung menanamkan modal pada
investasi jangka panjang, seperti tanah dan properti. Perkiraan inflasi ini pun
akan memperumit pengendalian harga, terutama pangan pokok, karena psikologi
pasar sudah telanjur memiliki gambaran tidak stabil atau negatif.
Pengalaman empiris pada 2011 juga menunjukkan
bahwa harga pangan dan kebutuhan pokok lain melonjak tinggi pada Juni-Agustus,
terutama karena ekspektasi inflasi menghadapi Ramadhan dan Idul Fitri.
Sepanjang Juli 2011 itu, harga beras kualitas murah sampai sedang telah naik
melampaui 10 persen karena ekspektasi pedagang dan konsumen terhadap kenaikan
harga yang akan terjadi. Pada 2012 ini, laju inflasi diperkirakan naik juga
pada rentang musim kemarau tersebut karena panen padi telah selesai. Hanya
sejumlah kecil petani yang mampu melakukan penyimpanan untuk keperluan pada
musim paceklik.
Pada Senin ini, Badan Pusat Statistik akan
mengumumkan laju inflasi bulan Februari, angka ramalan pertama produksi padi
tahun 2012, dan beberapa statistik penting lainnya. Sekitar 65 persen dari
produksi padi di Indonesia dihasilkan pada periode panen raya Maret-April ini
dan 35 persen sisanya pada panen gadu September-Oktober. Apabila produksi gabah
kering giling mampu lebih tinggi dari 65 juta ton, akan tebersit harapan baru
untuk mencapai target ambisius surplus beras 10 juta ton. Demikian pula
sebaliknya, apabila panen raya sekarang ini tidak menunjukkan kinerja yang
spektakuler, harapan untuk meningkatkan kesejahteraan petani tampak masih jauh
dari kenyataan
analasis dari saya bank sentral telah melakukan pengitungan dari
rencana kenaikan BBM yang sedianya dilakukan pemerintah pada 1 April
lalu. Sesuai masing-masing skenario yang dipunyai pemerintah, tingkat inflasi
2012 bisa mencapai 6,8% atau 7,1%. “Kita sudah gambarkan kalau tidak ada
kenaikan BBM, inflasi itu 4,4%. Apabila ada perubahan kebijakan mengenai harga
BBM, maka inflasi akan bertambah 2,4% kalau BBM naik Rp1.500, dan bertambah
2,7% kalau subsidi dibatasi hanya Rp2.000 per liter. Namun, lanjutnya, pada
kenyataan dengan adanya ekspektasi inflasi yang kadung terjadi akibat rencana
kenaikan BBM, ini masih akan terjadi ke depan bila tidak jelas kapan kenaikan
tersebut terjadi. “Jadi, ekspektasinya akan tergantung harga naik, kapan
naiknya. Kalau naiknya Juni, itu kita lihat ekspektasinya. Nah, tiap bulan itu
lain lagi. Sebenarnya kita prediksi tanpa kenaikan BBM dan adanya ekspektasi
inflasi yang ditimbulkan, inflasi tahun ini bisa 4,3%,
http://nasional.kompas.com/read/2012/04/02/03422023/BBM.Ekspektasi.Inflasi.dan.Kesejahteraan.Petani
http://nasional.kompas.com/read/2012/04/02/03422023/BBM.Ekspektasi.Inflasi.dan.Kesejahteraan.Petani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar