Kamis, 07 November 2013

Sepenggal Cinta Fatimah Untuk Bunda


Kudapati seorang wanita rupawan duduk rapi menadakan tangannya mengharapkan do’anya dikabulkan oleh sang ilahi, ia menangis mengeluarkan bulir-bulir mutiara segarnya setelah seharian penuh ia bekerja, aku melihatnya dan memandangnya dengan senyuman, “itu bundaku” wanita tegar yang nampak gagah di usianya yang tak muda lagi, ingin rasanya kupeluk ia dari belakang lalu ku tenangkan ia… Tapi, tapi aku tidak bisa…Yang selalu kuharapkan adalah agar allah swt selalu melindunginya dan selalu menenangkannya di saat ia bersedih, ia terbangun dari duduknya membuka mukena indahnya dari tubuh rentahnya, hatiku bergetar tatkala bunda melihat ke arahku, ia melihatku dengan cinta tapi apa yang sering aku lakukan, aku tak pernah menyadari bahwa ia menatapku dengan hati tulusnya, “bunda andai bisa aku berikan separuh hidupku, akan aku berikan itu karena bunda lebih membutuhkannya daripada aku, sungguh bisakah aku hidup tanpamu bunda?”
Ku rasakan tangannya mengelus wajahku yang lembut, 14 tahun aku hidup aku belum pernah mendengar suaranya dan berbicara dengan suaraku padanya, memang dari kecil aku sudah didiagnosa oleh dokter mengidap gangguan pada pita suaraku yang pada akhirnya juga merusak syaraf di telingaku, awalnya memang aku sangat putus asa melihat keadaanku tapi bunda selalu meyakinkan bahwa allah swt tidak pernah menciptakan makhluknya dalam keadaan sia-sia, begitupun aku. Aku yakin allah swt tidak tidur, ia pasti melihat betapa tegarnya bundaku, ia pasti melihat betapa sabarnya bundaku, dan ia pasti melihat betapa ikhlasnya bundaku dengan cobaan yang ia berikan khusus untuk menaikkan derajat bundaku.
“fatimah” kulihat lekukan bibir bunda memanggil namaku, tak ada suara hanya nampak saja, aku masih bersyukur allah swt masih mengizinkan kedua mataku ini berfungsi dengan begitu aku masih dapat melihat indahnya wajah bunda dan menawannya senyum bunda, aku menoleh ke arahnya ia mulai menggerakkan tangannya membentuk suatu kalimat yang khusus bunda pelajari untuk berkomunikasi denganku “mau makan?”
Aku mengangguk ia mulai mengelus kepalaku dengan senyuman dan beranjak pergi meninggalkanku.
Tanganku bergetar-tanganku bergetar aku merasakan setetes demi setetes air mataku jatuh. Hangat, itu yang aku rasakan ku hapus air mata itu setiba bunda di hadapanku ia memegang sepiring nasi beserta lauk menghadapku yang tertunduk lesu “ada apa?” gerakan tangannya melemas
“bunda, terima kasih” ku balas dengan gerakan tanganku yang agak cepat
“untuk apa?”
“untuk keikhlasanmu menerima dan mengasuhku”
Bunda mendekatkan wajahnya padaku dan mencium keningku “seharusnya bunda yang berterima kasih sebab fatimah mau bersabar sebab memiliki ibu seperti bunda”
Melihat gerakan tangannya yang seperti itu membuat hatiku semakin kuat, “ya allah, terima kasih sebab engkau telah memberikan hambamu yang penuh kekurangan ini, seorang bidadari yang amat mencintai hambamu ini, terima kasih ya allah”, syukurku dalam hati
Keesokan harinya, aku duduk termenung di teras rumahku yang amat sangat sederhana, aku melihat anak seumuranku pergi sekolah dengan girangnya, andai aku bisa bersekolah, tapi sudahlah apa mau dikata, plakk seseorang memukul ringan pundakku, pasti itu bunda, ia tersenyum padaku seraya berkata “bunda pergi dulu”
Aku menyalami tangannya yang kasar akibat terlalu banyak bekerja, sepeninggal ayah, bunda bekerja sebagai seorang penjual getuk keliling, terkadang kasihan melihatnya banting tulang, aku pernah memintanya agar membawaku ikut serta dalam berdagang tapi bunda tidak pernah mengizinkanku dengan alasan siapa yang akan mengurus rumah.
“assalamualaikum wr. Wb”
“waalaikumsalam wr. Wb, semoga allah swt selalu melindungi bunda di setiap langkah bunda”
Malamnya bunda pulang dengan senyuman, entah sudah berapa ratus kali bunda memberikan senyuman termanisnya untukku, “alhamdulillah” ucapku dalam hati, bunda mengangkat kantong hitam di tangannya menunjukkan padaku, aku bersorak sebab dari pagi tadi aku belum makan, ku buka bungkusan itu sembari bunda meletakkan bakulnya di atas tikar jerami yang biasanya kami tiduri, “ayo makan” ucap bunda
Walau aku tak mendengarnya tapi aku tau ia mengetakan hal itu, kulihat nasinya sangat sedikit ditambah lauk yang sama sedikitnya aku menoleh ke arah bunda “ayo bunda kita makan sama-sama, aku sudah agak kenyang, jadi tak mungkin habis olehku sendiri”
Bunda mendekat “fatimah, 14 tahun sudah kita hidup bersama dengan izin allah swt di dunia ini, jadi bunda sudah tau sifatmu yang sangat baik itu, bagaimana mungkin seorang gadis yang ditinggalkan ibunya bekerja selama seharian penuh tanpa sepeser uang pun bisa makan?”
Aku mengangguk
“sini, biar bunda suapi” lagi dan lagi ku lihat mata bunda berair, kali ini aku mencoba memberanikan diri untuk memeluk bunda, ku dekap dalam-dalam tubuhnya yang mungil dan menangis deras disana, bunda mengelus jilbabku dan mengangkat kepalaku mendongak menghadapnya dan membuat tangannya memainkan jemarinya yang kurus “jika nanti fatimah tumbuh dewasa, jadilah seorang wanita yang sholeha agar dapat mendo’akan bunda nantinya” aku mengangguk dan kembali menangis dalam dekapan bunda.
Paginya, seperti biasa bunda berangkat dengan mengucapkan salam padaku “assalamualaikum wr. Wb” lalu kujawab dalam hati dengan penuh nikmat “waalaikumsalam wr. Wb” entah mengapa hari ini aku sangat susah melepas kepergian bunda, “ya allah, semoga tidak ada kejadian buruk yang terjadi pada bunda” do’aku dalam hati, aku melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah dan mengerjakan rutinitasku yang biasa, tapi tak lama kemudian takdir berkata lain, seorang tetangga memukul-mukul bahuku dengan keras entah apa yang sedang dilakukan oleh mang budi padaku ia menarik tanganku menuju jalan tol yang agak jauh dari rumah kami, “astagfirullahalazim,” aku berteriak dalam hati melihat bundaku lemas tak berdaya dibopong banyak orang masuk ke dalam ambulance, aku menyusul bunda dengan air mata yang tak beraturan keluarnya, istigfar, dzikir dan do’a tak hentinya aku lantunkan dalam hati ini, berharap agar allah swt selalu melindungi bunda, setibanya di rumah sakit bunda langsung dibawa ke ruang ugd dengan rasa was-was aku menunggui bunda hingga 2 jam berlalu seorang dokter keluar dari ruang ugd dan dengan sigap aku berdiri menemuinya, ku gerakkan tanganku nampaknya dokter itu tak mengerti jadi kuambil pena dan secari kertas dari seorang suster yang hampir marah dengan tingkahku, kalimat demi kalimat kutulis “dok, bagaimana keadaan bunda saya”
“bunda adik dalam keadaan kritis dan sangat memerlukan donor darah, donor mata serta ada sedikit luka yang cukup parah sehingga harus ditampal dengan kulit”
“ada apa dengan mata bunda saya dok?”
“sepertinya ada benturan yang menyebabkan gangguan pada sistem syaraf mata bunda adik, sehingga tidak dapat berfungsi lagi”
“astagfirullah” aku terduduk menangis tersedu-sedu lalu seketika aku ingat tempat seharusnya aku menangis dan mengadu
“dok, mushola dimana?”
“lurus dan belok kanan”
“terima kasih dok, assalamualaikum wr. Wb”
“waalaikumsalam wr. Wb”
Aku berlari dengan secepat kilat, mengambil air wudhu yang sangat membuatku segar, aku bersimpuh memohon ampunan pada allah swt dan memohon petunjuk dari allah swt, aku menagis tersedu-sedu mengingat betapa banyaknya aku melalaikan kewajibanku sebagai seorang hamba pada allah swt, dan aku banyak melalaikan tugasku sebagai anak dari bundaku yang sekarang sedang terkulai lemah di dalam tidurnya, “ya allah, jika ini memang takdirku dan jika ini memang sudah ketentuan darimu, aku siap, demi bundaku dan demi pengorbanan bundaku, aku berserah diri padamu ya rabb, tuntunlah aku dalam jalanmu hingga aku menghembuskan nafas terakhirku nanti, lailahailallah…” ku mantapkan langkah, ku mantapkan niatku, ku buka mukena yang tadinya membungkus tubuhku, ku hela nafas di setiap hembusan nafasku ku ucapkan dzikir, lalu aku berjalan keluar mushola dan meminta secarik kertas dan pena… Kulukiskan semua kata-kata indah untuk bunda…
“dik, apa anda siap?” kubaca gerakan bibir dokter itu, aku mengangguk tapi sebelumnya aku memberikan surat yang tadinya kubuat untuk bunda, jika saja sesuatu yang buruk terjadi padaku, dokter itu menerima suratku dan tersenyum, aku menutup mataku, kurasakan tempat tidurku didorong menuju ruang operasi “bunda, maafkan aku… Bismillahirahmanirahim… Lailahailallah… Ya allah aku bersaksi bahwa tiada tuhan melainkan engkau ya allah dan nabi muhammad adalah utusan allah…” ku pejamkan mataku dengan nafas yang amat sangat ringan…
Bismillahirahmanirahim
Assalamualaikum wr. Wb
Bagaimana kabar bunda?
Bunda, maafkan anakmu ini jika banyak kesalahan, dan banyak sekali hal bodoh yang fatimah lakukan pada bunda, bunda mau kan memaafkan fatimah.
Bunda tak usah khawatir, fatimah pasti bisa masuk syurganya allah swt, mau tau kenapa karena bunda pasti akan selalu mendo’akan fatima kan? Bunda janji ya? Dan maaf bunda janji fatimah untuk jadi anak yang sholeha dan dapat mendo’akan bunda tidak bisa terwujud, malah sekarang bunda yang mendo’akan fatimah, Bunda fatimah sangat senang karena allah swt memberikan fatimah yang penuh kekurangan ini seorang bunda yang sabar dan senangtiasa mencintai fatimah sampai akhir hayat fatimah menjemput…
Bunda, bunda harus janji sama fatimah, kita harus bertemu di syurga nanti, tentunya kita satu keluarga ada ayah, bunda dan fatimah. Insyaallah…
Bunda, bunda harus kuat, walaupun yang bunda kenakan itu mata fatimah yang cengeng, bunda mata fatimah itu belum bisa membalas semua pengorbanan bunda selama fatimah hidup, bunda yang melahirkan fatimah, bunda yang mengasuh fatimah, bunda yang memberi fatimah motivasi agar fatimah menjadi sosok seorang anak yang kuat, bunda terima kasih untuk cinta tulus dan kasih sayang yang bunda berikan pada fatimah, fatimah sangat ingin bersama bunda tapi fatimah harus bersabar insyaallah, allah swt akan mengizinkan fatimah bersama bunda kekal selamanya di syurga nanti, bunda sekali lagi fatimah minta maaf karena harus pergi meninggalkan bunda, tapi tenang bunda, allah swt pasti menjaga bunda. Bunda, fatimah sangat mencintai bunda, sangat mencintai bunda, sangat mencintai bunda…
“ya allah, ya rabb, hamba mohon lindungilah bunda dimanapun ia berada, sayangilah dia seperti ia menyayangi fatimah, hapuslah air matanya ketika ia bersedih, dan masukkanlah ia kedalam syurgamu… Amin”
Sepenggal cinta fatimah buat bunda

Tidak ada komentar: